SHOLAT 'IED

(Hukum dan adab-adabnya)

A. Makna Al-'Ied.
--------------------------
   Kajian Sholat 'Ied ini mencakup  'Iedul fithri dan 'Iedul Adha, yang tentu saja bila dikaitkan  dengan berakhirnya ibadah puasa Ramadhan, maka 'Iedul Fithri yang dimaksudkannya.

    Al - 'Ied  itu sendiri terambil dari akar kata  "Al - 'Aud", yang bermakna "kembali". Maksudnya dapat berarti "kembalinya 'ied tersebut setiap tahunnya", atau "kembalinya kegembiraan atas kembalinya 'ied", dapat pula :

" لكثرة عوائد الله فيه علي العباد ".

(karna banyaknya karunia  ALLOH pada hari raya 'Ied tersebut yang dicurahkan atas hamba-hamba - NYA).

    Penulis belum mendapatkan penjelasan dari Ulama yang memaknai " 'Ied" dalam arti "Kembali menjadi suci, seperti bayi, tak punya dosa lagi", karna seorang mu'min yang baik adalah mu'min yang tetap merasa bersalah dan berdosa, kendatipun amalan sholih banyak dilakukannya, dan selalu menjaga diri dari kesalahan dan kema'shiyatan.

    Sebagaimana pernah dikatakan oleh Sayyidina 'Umar bin Al-Khottob RA :
"Seandainya kelak diakhirat diumumkan  - YANG MASUK NERAKA CUMA SATU ORANG -  saya tetap khawatir, yang satu orang itu adalah saya".

     Walhasil, ada Hadits yang sangat jelas penjelasannya tentang makna "idul fithri" ini, yakni sebuah Hadits Shohih yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Turmudzi :

" الفطر يوم يفطر الناس والأضحي يوم يضحي الناس ".

Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Idul Fithri adalah hari ketika manusia makan (tidak berpuasa, dan Idul Adha adalah hari ketika manusia berqurban".

     Jadi, "makan" pada hari Raya 'Idul Fithri dapat menjadi ibadah, sebab berpuasa pada hari tersebut diharamkan dan mendapat dosa.

B. Dalil dan pensyariatan Sholat 'Ied.
--------------------------------------------------------
      Dalil dari  Al-Quran :
 " فصل لربك وانحر ".

“Maka sholatlah karena TUHAN-mu dan berkurbanlah".

(Surah Al-Kautsar, ayat : 2 ).

     Maksud sholat disini adalah sholat 'iedul Adha, maka sholat 'iedul fithri sebagai qiyasnya. Dalil dari haditsnya :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ :

" كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلَاةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ ".

قَالَ أَبُو سَعِيدٍ فَلَمْ يَزَلْ النَّاسُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى خَرَجْتُ مَعَ مَرْوَانَ وَهُوَ أَمِيرُ الْمَدِينَةِ فِي أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ فَلَمَّا أَتَيْنَا الْمُصَلَّى إِذَا مِنْبَرٌ بَنَاهُ كَثِيرُ بْنُ الصَّلْتِ فَإِذَا مَرْوَانُ يُرِيدُ أَنْ يَرْتَقِيَهُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَجَبَذْتُ بِثَوْبِهِ فَجَبَذَنِي فَارْتَفَعَ فَخَطَبَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَقُلْتُ لَهُ غَيَّرْتُمْ وَاللَّهِ فَقَالَ أَبَا سَعِيدٍ قَدْ ذَهَبَ مَا تَعْلَمُ فَقُلْتُ مَا أَعْلَمُ وَاللَّهِ خَيْرٌ مِمَّا لَا أَعْلَمُ فَقَالَ إِنَّ النَّاسَ لَمْ يَكُونُوا يَجْلِسُونَ لَنَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَجَعَلْتُهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ

Dari Abu Sa'id Al Khudri berkata :
"Pada hari raya Idul Firi dan Adlha Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju tempat shalat (lapangan), dan pertama kali yang beliau kerjakan adalah shalat hingga selesai. Kemudian beliau berdiri menghadap orang banyak sedangkan mereka dalam keadaan duduk di barisan mereka. Beliau memberi pengajaran, wasiat dan memerintahkan mereka. Dan apabila beliau ingin mengutus pasukan, maka beliau sampaikan atau beliau perintahkan (untuk mempersiapkannya), setelah itu beliau berlalu pergi".

Abu Sa'id Al Khudri berkata, "Manusia senantiasa melaksanakan (tata cara shalat hari raya) seperti apa yang beliau laksanakan, hingga pada suatu hari aku keluar bersama Marwan -yang saat itu sebagai Amir  (gubernur) di Madinah- pada hari raya Adha atau Fithri. Ketika kami sampai di tempat shalat, ternyata di sana sudah ada mimbar yang dibuat oleh Katsir bin Ash Shalt. Ketika Marwan hendak menaiki mimbar sebelum pelaksanaan shalat, aku tarik pakaiannya dan dia balik menariknya, kemudian ia naik dan khuthbah sebelum shalat. Maka aku katakan kepadanya, "Demi Allah, kamu telah merubah (sunnah)!". Lalu dia menjawab, "Wahai Abu Sa'id. Apa yang engkau ketahui itu telah berlalu. "Aku katakan, "Demi Allah, apa yang aku ketahui lebih baik dari apa yang tidak aku ketahui". Lalu dia berkata, "Sesungguhnya orang-orang tidak akan duduk (mendengarkan khutbah kami) setelah shalat. Maka aku buat (khutbah) sebelum shalat".

(Shohih Al-Bukhori, no : 903).

C. Hukum Sholat 'Ied.
--------------------------------
    Sholat  'Ied hukumnya "sunnah muakkadah", kesunnahannya sangat kuat karna  Nabi Muhammad  SAW  tidak pernah meninggalkannya sampai Beliau SAW wafat. Para Sahabat RA  pun terus melaksanakannya sepeninggal  Nabi SAW. 

    Sholat  'Ied dilaksanakan secara berjamaah, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh  Abu Said  Al-Khudri  RA  diatas, tapi tetap sah dikerjakan secara "munfarid" (sendirian), sebagaimana pada situasi sekarang dimana wabah COVID 19 belum juga berakhir.

   "Khitob" sholat ini bersifat umum untuk setiap "mukallaf", laki-laki dan perempuan, mukim dan musafir, orang merdeka dan hamba sahaya, kecuali wanita yang sangat menarik luar biasa, maka ia cukup sholat dirumahnya. Sebagaimana diterangkan dalam hadits berikut ini  :

عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ  :

" أُمِرْنَا أَنْ نُخْرِجَ الْحُيَّضَ يَوْمَ الْعِيدَيْنِ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَيَشْهَدْنَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَدَعْوَتَهُمْ وَيَعْتَزِلُ الْحُيَّضُ عَنْ مُصَلَّاهُنَّ قَالَتْ امْرَأَةٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لَيْسَ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ لِتُلْبِسْهَا صَاحِبَتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا  ".

Dari Ummu 'Athiyah berkata  : 
"Kami diperintahkan untuk mengajak keluar (wanita) haid dan wanita yang sedang dipingit pada dua hari raya, sehingga mereka bisa menyaksikan jama'ah kaum Muslimin dan mendo'akan mereka, lalu wanita-wanita haid menjauh dari tempat shalat mereka". Seorang wanita lalu bertanya : "Wahai Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?". Beliau SAW menjawab : "Hendaklah temannya meminjamkan jilbab miliknya kepadanya".

(Shohih Al-Bukhori : 928, Shohih Muslim : 890).

    Sholat  'Ied tidaklah disunnahkan adzan dan iqomat , akan tetapi bila dikerjakan berjama'ah, cukup "muroqiy"  mengumandangkan : " الصلاة جامعة ". Dan tentang waktu pelaksanaannya bermula dari terbitnya matahari, dan berakhir ketika "zawal" (masuk zhuhur). Hadits yang menjelaskannya, diantaranya sebagai berikut :

عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : " إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّي...".

Dari Al Bara' bin 'Azib berkata : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Sesungguhnya yang pertama kali kami lakukan pada hari Raya ini adalah shalat.. “.

(Shohih Al-Bukhori, no : 912).

    Dari hadits diatas kita dapati lafaz   من يومنا (dari hari "raya" kita), dan yang disebut يوم   itu bermula dengan terbitnya fajar, sedangkan waktu antar terbit fajar sampai terbit matahari tentunya merupakan waktu sholat shubuh, dan waktu setelah zawal adalah waktu Zhuhur, maka waktu sholat 'Ied itu adalah diantara waktu sholat Shubuh dan Zhuhur.

    Akan tetapi waktu "mufaddhol" (yang paling diutamakan) adalah saat matahari naik seukuran anak panah (kalau shubuhnya jam 5.00 wib, berarti sholat Iednya sekitar jam 7.00 wib).

D. Kaifiyyah (tata cara) Sholat 'Ied.
-----------------------------------------------------
    Sholat 'ied dua rakaat , dimulai dengan Takbirotul Ihram, kemudian membaca  doa Iftitah, lalu takbir sebanyak 7 kali dengan mengangkat tangan setiap takbir dan membaca :

"  سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله والله أكبر  ".

      Penjelasan ini ada ditiap kitab fiqih Syafi'i yang panjang lebar menjelaskannya. Diantaranya kitab "Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuhu", yang ditulis oleh : Prof. Dr. Asy-Syaikh Wahbah Az-Zuhailiy (ulama ahli fiqih abad ini), jilid 2, hal : 1.400 :

" ويحسن في ذلك الباقيات الصالحات : (سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر)".

"Baik (untuk dibaca pada tiap takbir) tasbih :

" سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله والله أكبر ".

     Jadi jangan hiraukan orang yang meremehkan kaifiyyah (bacaan) ini dari "faham baru", yang hendak menggusur amalan Ahlussunnah Syafi'iyyah dengan cara mereka.

     Kemudian "ta'awwudz"  dan membaca surah Al-Fatihah serta Surah lainnya atau beberapa ayat  Al-Quran. Lalu saat bangun dari sujud untuk melakukan rakaat kedua, maka rakaat kedua tersebut diawali pula dengan takbir sebanyak 5 kali (tidak termasuk takbir  "intiqol").

     "Takbir tambahan" dalam sholat  'Ied ini hukumnya sunnah, maka bila seseorang lupa dan ia telah masuk pembacaan surah Al- Fatihah, maka luput kesunnahannya, tapi tetap sah sholatnya.

     Adapun khutbah dalam sholat 'Ied dilakukan setelah sholat, kebalikan dari Sholat Jumat. Rinciannya sebagai berikut :

1. Seluruh rukun khutbah Ied dan kesunnahannya sama dengan rukun dan kesunnahan khutbah Jumat.

2. Khutbah 'Ied pertama diawali dengan takbir sebanyak 9 kali dan khutbah kedua diawali dengan takbir sebanyak  7 kali.

     Tentang tempat pelaksanaan sholat  'Ied ini, adalah dimasjid dan suatu tempat yang layak dan dapat menampung seluruh jamaah sholat  'Ied . Maka jika masjid masih dapat menampung jamaah, tidak ada kata  "afdhol" bagi lapangan. Nabi SAW melaksanakan sholat 'Ied dilapangan, sebabnya tak lain tak bukan  karena  Masjid  Nabawi ketika itu tak dapat menampung jamaah yang hadir dari para  Sahabat RA. Dan lagi pula telah jelas keutamaan masjid dari seluruh tempat yang ada diatas muka bumi ini  :
" خير البقاء  المساجد ".
"Sebaik-baik tempat adalah masjid“.

Demikian apa yang pernah Nabi  SAW sabdakan.

     Lagi pula banyak ibadah yang dapat dilakukan, yang berkaitan dengan masjid,  seperti sholat sunat tahiyat masjid, dan tidak ada tahiyat lapangan, ada pahala i'tikaf jika diniatkan, dan tidak mungkin i'tikaf itu dilapangan.

E. Takbir dihari 'Ied.
-----------------------------
      Disunnahkan bertakbir dihari raya 'Ied. Untuk 'Idul fithri, maka sunnahnya ketika matahari telah terbenam diakhir bulan Ramadhan  (Setelah sholat maghrib). Dilakukan di masjid, dirumah, dijalanan  (bukan pawai campur baur laki dan perempuan seperti sekarang). Dengan mengangkat suara dan berakhir ketika imam telah takbirotul ihram pada sholat  'Ied.

     Adapun 'Idul Adha, sunnah takbir setelah sholat "maktubah" tanggal 10, dan 11, 12, 13  (hari  "tasyriq"), dan berakhir di waktu ashar tanggal 13 dzulhijjah.

Lafaz Takbir :
--------------------

أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ اللهُ أكْبَرُ وَللهِ الحَمْد  .

اللهُ اكبَر كَبيْرًا ,والحَمدُ للهِ كثِيرًا ,وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا. لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الا إيّاه مُخلِصِينَ لَه الدّيْن, وَلَو كَرِهَ الكَافِرُون, وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن, وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن. لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه, صَدَق ُوَعْدَه, وَنَصَرَ عبْدَه, وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَحْدَه, لاالهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُ وَللهِ الحَمْد

"ALLOH maha besar ALLOH maha besar ALLOH maha besar, Tiada Tuhan selain ALLOH, ALLOH maha besar ALLOH maha besar dan segala puji bagi ALLOH. ALLOH maha besar dan juga sempurna kebesaran-NYA, Segala puji bagi-NYA dan maha suci ALLOH  sepanjang pagi dan sore. Tiada Tuhan selain ALLOH dan tiada yang kami sembah selain kepada-NYA, Kami memurnikan agama Islam meskipun orang kafir, musrik, dan munafiq membencinya. Tiada Tuhan selain ALLOH dengan keesaan-NYA. DIA Maha menepati janji. Dan menolong hamba-hamba-NYA, Memuliakan bala tentara-NYA dan menghancurkan musuh-musuh dengan ke Esaan-NYA .  Tiada Tuhan selain ALLOH, Dan ALLOH Maha Besar. ALLOH Maha Besar dan Segala Puji hanya bagi ALLOH".

F. Adab-adab di Hari Raya.
----------------------------------------
    Diantara adab, amalan sunnah yang dilakukan dihari raya  (Ied) adalah sebagai berikut :

1. Mandi, dan telah memperoleh sunnah bila dilakukan lepas  tengah malam (dengan niat mandi sunnah hari raya  tentunya).

2. Memakai wewangian, kecuali untuk wanita jangan sampai menyolok wangi  parfumnya, cukup untuk dirinya dan suaminya.

3. Memakai baju baru, atau baju paling bagus yang dimilikinya.

4. Makan / minum sesuatu, sebelum berangkat kemasjid. 'Idul Adha kebalikannya, yakni baru makan sesuatu, sepulang dari sholat 'Ied. (Kecuali  bagi orang yang memang merasakan haus dan lapar).

5. Berpagi-pagi hadir dimasjid.

6. Berjalan kaki menuju masjid, kecuali memang masjidnya jauh atau "masyaqqot" bila berjalan kaki.

7. Menempuh jalan yang berbeda ketika pulang (bukan jalan yang ia lalui ketika  pergi kemasjid).

والله أعلم بالصواب

AMSY

Sumber tulisan :
------------------------
1. Al-Fiqh Al-Manhaji, oleh : Asy-Syaikh Dr. Musthofa Dib Al-Bugho dkk.

2. Al-Fiqh Al-Islamiy wa Adillatuhu", oleh : Prof. Dr. Asy-Syaikh Wahbah Az-Zuhailiy.........

Sumber darib@Mazlis Nael El Mawahib
Share this post :

Posting Komentar

Test Sidebar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. M BADRI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger