Menyakiti Ahlul Bait Lebih Menyakitkan


 Menyakiti Ahlul Bait Lebih Menyakitkan Rasulullah saw Daripada Perlakuan thd Pribadi Beliau Sendiri


Saat terjadi Perang Uhud, ada 2 orang kafir Quraisy yg saat itu telah menyakiti Rasulullah saw dgn cara yg berbeda. •Pertama, Khalid bin Walid, panglima perang yg “berhasil” memporak-porandakan tentara Islam dan melukai wajah Rasulullah saw hingga gigi beliau tanggal. 

•Kedua, Wahsyi bin Harb, seorang budak yg ditugaskan membunuh Sayyidina Hamzah ra, paman Rasulullah saw.

Keduanya kemudian diliputi perasaan bersalah yg demikian hebat dan akhirnya mereka mendapat hidayah Allah dgn mengucapkan syahadat di hadapan Rasulullah. Tentu saja Beliau saw senang dan memaafkan ke 2 nya. Namun ada 2 kondisi batin yg berbeda dalam diri Rasulullah saw. Tentang Khalid bin Walid, Rasulullah saw memujinya sebagai Saifullah ( Pedang Allah ). Namun terhadap Wahsyi, Rasulullah mengatakan: ““Aku sudah memaafkanmu, tapi kalau aku lihat wajahmu aku terbayang wajah Hamzah bin Abdul Muthallib yg rusak di hancurkan olehmu saat itu, aku teringat wajah Hamzah, makanya jangan muncul di hadapanku lagi”.

Kisah 2 Sahabat ini menggambarkan betapa Rasulullah saw merasa lebih sakit hati kpd orang yg telah menyakiti keluarga (ahlul bait) Rasul ketimbang orang yg menyakiti langsung Beliau saw. 

Ad-Dailami meriwayatkan dari Abu Sa’id ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda ( artinya ) :  “Keras kemurkaan Allah terhadap orang yg menggangguku dgn mengganggu ‘Ithrahku “.

Seseorang yg berbuat maksiat spt mencuri akan menyakitkan Rasul secara langsung karena orang ini telah melanggar syariat yg dibawa oleh Beliu. Orang spt ini ada kemungkinan besar untuk bertobat. Tapi orang yg menyakiti Ahlu Bait Rasul lebih berdosa dan akan sulit untuk bertobat sebelum ia benar² meminta maaf kpd Ahlulbait.

Ahlu Bait Nabi saw. merupakan orang² yg memiliki fadhilah dzatiyyah ( keutamaan dzat ) yg dikaruniakan Allah swt kpd mereka melalui hubungan darah/pertalian nasab dgn manusia pilihan Allah swt dan paling termulia yaitu Rasulallah saw. Jadi bukan pilihan / maunya mereka sendiri untuk menjadi keturunan Nabi saw dan bukan berdasarkan fadhilah pengamalan baik mereka, melainkan telah menjadi qudrat dan kehendak Ilahi sejak mula. Karena itu tidak ada alasan apapun untuk merasa iri hati, dengki terhadap keutamaan mereka. Hal inilah justru yg dipertanyakan Allah swt dlm firman-Nya:


ﺃﻡ ﻳﺤﺴﺪﻭﻥ ﺍﻟﻨﺎَﺱ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﺀﺍﺗﻬﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻓَﻀﻠﻪ

“..Ataukah (apakah) mereka (orang² yg dengki) merasa iri hati (hasud) terhadap orang² yg telah diberi karunia oleh Allah “ (An-Nisa’ : 54)

Share this post :

Posting Komentar

Test Sidebar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. M BADRI - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger