Kamis, 19 Agustus 2021/10 Muharam 1443 H
Yayasan Persyada Al Haromain
1. “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri
kami. Jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami niscaya kami termasuk
orang yang merugi.” (Nabi Adam alaihissalam)
2. “Jika Engkau
tidak memberi ampunan
kepadaku dan mengasihiku pasti aku
akan menjadi termasuk
orang-orang yang mengalami kerugian.” (Nabi Nuh alaihissalam)
3. “Ya Tuhanku
sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri maka ampunilah (dosa-dosa)ku.” (Nabi
Musa alaihissalam)
4. “Tiada Tuhan
selain Engkau. Maha
Suci Engkau, sesungguhnya diriku termasuk
orang-orang yang berbuat
dzolim.” (Nabi Yunus alaihissalam)
5. “Ya Allah,
Engkau adalah Tuhanku.
Tiada tuhan selain-Mu.
Saya telah menganiaya diriku
sendiri. Aku mengakui
dosa-dosaku, maka ampunilah aku
karena sesungguhnya tidak
ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali
Engkau.” (Nabi Muhammad
shalallahu alaihi wasalam)
6. “Ya Allah, Engkau adalah
Tuhanku. Tiada Tuhan selain-Mu. Engkau telah
menciptakanku. Saya adalah
hamba-Mu. Saya berada
dalam janji setia kepada-Mu
dan mempercayai-Mu akan
janji-Mu semampuku. Aku mohon
lindungan-Mu dari keburukan
hal yang telah ku
lakukan. Saya mengakui
akan nikmat-Mu kepadaku,
dan saya mengakuai akan
dosaku, maka ampunilah
aku karena
sesunggunya tidak
mengampuni dosa-dosa kecuali
Engkau.” (Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wasalam)
7. Aku memohon
ampunan ya Allah,
Maha Penerima Taubat.
Aku memohon ampunan dari segala dosa
8. Aku
memohon ampunan kepada
Allah karena sesungguhnya
Dia
Maha Pengampun
9. “Ya Allah
ya Tuhanku, ampunilah
dosa-dosaku, dosa kedua
orang tuaku, Ya Allah ya Tuhanku, curahkanlah rahmat dan kasih sayang
kepada keduanya, sebagaimana
mereka menyayangiku di
waktu kecil.”
10. “Aku
memohon ampunan kepada Allah, yang tiada tuhan selain-Nya, Dzat Yang
Maha Hidup dan
Dzat Yang Maha
Berdiri Sendiri. Aku bertaubat kepada-Nya
11.
“Maha Suci Allah,
dengan selalu memuji
kepada-Nya, Maha Suci
Allah Maha Agung, Aku memohon ampunan kepada Allah”
12. Maha
Suci Allah, sepenuh mizan (timbangan amal), sepuncak yang ada dalam ilmu-Nya,
sejauh apa yang dapat diraih dalam ridlo-Nya, seberat beban timbangan
Arsy-Nya.”
Segala
puji bagi Allah,
sepuncak yang ada
dalam ilmu-Nya, sejauh apa
yang dapat diraih
dalam ridlo-Nya, seberat
beban timbangan Arsy-Nya.
Allah
Maha Besar, sepuncak
yang ada dalam ilmu-Nya, sejauh apa yang dapat diraih dalam ridlo-Nya,
seberat beban timbangan Arsy-Nya.
Tidak ada tempat
mengungsi dan tempat
mencari selamat dari
Allah kecuali kepada-Nya.
13. Maha Suci
Allah, sebanyak bilangan genap dan ganjil dan sebanyak bilangan kalimat Allah
seluruhnya yang sempurna
Segala puji bagi
Allah, sebanyak bilangan
genap dan ganjil
dan sebanyak bilangan kalimat Allah seluruhnya yang sempurna
Allah Maha Besar,
sebanyak bilangan genap
dan ganjil dan sebanyak bilangan kalimat Allah
seluruhnya yang sempurna
14. WashollAllahu ‘ala sayyidina Muhammad wa’ala
alihi wa shohbihi wa
sallam, wal-hamdulillahirobbil alamin.
15. Ya
Allah, sesungguhnya sekarang ini tahun baru dan bulan baru, ya Allah maka
berilah kami kebaikannya
dan kebaikan yang
ada padanya, dan jauhkanlah
kami dari keburukannya
dan keburukan yang ada
padanya, dan dari
keburukan fitnah dan
peristiwa- peristiwanya, dan dari keburukan jiwa, hawa nafsu, dan syetan
yang terkutuk.
16. Aku
memohon kesalamatan kepada-Mu
wahai dzat yang
penuh kasih sayang, tiada daya dan kekuatan kecuali Engkau
wahai dzat yang Maha Tinggi dan Agung
17. Wahai
dzat yang Maha Mengubah Keadaan, ubahlah keadaan kami ke arah yang lebih baik,
dengan kuasa-Mu dan kekuatan-Mu wahai Dzat Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi.
18.
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Tidak
akan menimpa kami
melainkan apa yang
telah ditetapkan Allah
bagi kami. Dialah
pelindung
kami, dan hanya
kepada Allah hendaknya
orang-orang mukmin bertawakal”.
19.Katakanlah (Nabi
Muhammad), “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu (kedatangannya) bagi kami,
kecuali salah satu dari dua kebaikan (menang atau mati syahid). (Sebaliknya,)
kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan azab kepadamu dari
sisi- Nya atau (azab) melalui tangan kami. Maka tunggulah,
sesungguhnya
kami menunggu (pula) bersamamu.”
20.
Katakanlah (Nabi Muhammad),
“(Wahai orang-orang munafik,) infakkanlah (hartamu)
baik dengan sukarela
maupun dengan terpaksa, (tetapi
ketahuilah bahwa infak
itu) sekali-kali tidak
akan diterima (oleh Allah)
dari kamu. Sesungguhnya
kamu adalah kaum yang fasik.”
21.
Tidak ada yang
menghalangi infak mereka
untuk diterima kecuali karena sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang
kufur kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak melaksanakan salat,
melainkan dengan malas
dan tidak (pula)
menginfakkan (harta) mereka,
melainkan dengan rasa enggan (terpaksa).
22.(Oleh karena itu,)
janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya Allah hendak
menyiksa mereka dengan itu dalam kehidupan dunia dan kelak nyawa mereka keluar
dengan susah payah, sedangkan mereka dalam keadaan kafir.
23. Mereka (orang-orang
munafik) bersumpah dengan
(nama) Allah, bahwa sesungguhnya mereka
termasuk golonganmu, padahal
mereka
bukanlah dari golonganmu,
tetapi mereka adalah
orang- orang yang selalu merasa ketakutan.
24.
Seandainya mereka memperoleh
tempat berlindung, gua-gua,
atau lubang-lubang (dalam tanah),
niscaya mereka pergi
(lari) ke sana dengan secepat-cepatnya
25.
Di antara mereka
ada yang mencela
engkau (Nabi Muhammad) dalam hal
(pembagian) sedekah-sedekah (zakat
atau rampasan perang). Jika
mereka diberi sebagian
darinya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi
bagian, dengan serta-merta mereka marah.
26.
Seandainya mereka benar-benar
rida dengan apa
yang diberikan kepada mereka
oleh Allah dan
Rasul-Nya, dan berkata,
“Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebagian
dari karunia-Nya, dan (demikian
pula) Rasul-Nya. Sesungguhnya
kami adalah orang-orang yang selalu hanya berharap kepada Allah.”
27.
Wahai dzat yang
menghilangkan kesedihan dan
melenyapkan kesusahan,
wahai dzat yang
selalu mengampuni dosa
dan menyayangi hambanya
28.
Ya Allah
yang berkuasa menghilangkan
kegalauan, yang mampu menyingkap kesedihan dan yang
mengabulkan doanya orang-orang yang dalam kesempitan, yang maha Pengasih lagi
maha Penyayang di duni dan akhirat, Engkaulah yang senantiasa merahmatiku, maka
rahmatilah aku dengan rahmat
yang mencukupi diriku dari mencari rakhmat selain Diri-Mu.
29. Wahai
dzat yang luas rahmatnya terhadap segala sesuatu apapun, maka luaskan
lah rahmat-Mu pada
kami, wahai dzat
Maha Kasih Sayang.
30.
Wahai dzat yang
penuh kasih sayang
pada dirinya untuk
hamba- hambanya, kami adalah termasuk hambamu, maka kasihanilah kami
wahai dzat yang penuh kasih sayang.
31. Ya
Allah, ya Allah kasihanilah kami, Engkau adalah tuhan kami, ya Allah ya
Allah terimalah permohonan
kami, hanya Engkaulah
yang kami punya.
Sekilas Tentang Asyuro’ (10
Muharram)
Hari Asyuro'
adalah hari ke 10 dari bulan Muharrorn. Bulan Muharrom termasuk empat bulan
mulia yang tidak
diperkenankan berperang dan
menumpahkan darah di dalamnya.
Ia secara khusus
disebut Syahrulloh (bulannya Allah)
Al Ashom (yang
tuli), karena di
bulan itu tidak
didengar dentingan senjata. Kemudian bulan
pertama dalam penanggalan
Hijriyah ini menurut
Ibnu Jauzi karena di dalam bulan
itu terdapat hari Asyuro'. Hari Asyuro' bagi umat Islam adalah hari yang sangat
monumental, dimana pada hari itu menurut keterangan Dr. As-Sayyid Muhammad
Alawi Al-Maliki dengan sandaran yang jelas:
Allah Subhanahu
Wata'ala menurunkan Nabi
Adam ke dunia,
Allah Subhanahu Wata'ala
menerima taubat Nabi
pertama itu akibat kesalahannya memakan buah yang
terlarang,
Diterimanya taubat kaum Nabi Yunus,
Berlabuhnya
perahu Nabi Nuh
di bukit Al
Judiyyi (terletak di
Armenia sebelah selatan, berbatasan dengan Mesopotamia),
Serta kemenagan Nabi
Musa dan tenggelamnya Fir'aun.
(Lihat
Dzikroyat Wa Munasabat, 51).
Amalan utama untuk memperingati peristiwa
peristiwa besar tersebut menurut Nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi wasallam adalah berpuasa. Puasa Asyuro' menurut
beliau bernilai menghapus dosa (baca: dosa-dosa kecil) setahun yang telah berlalu.
Keutamaan puasa Asyuro'
menjadi sangat jelas
bila sejarah Tasyri'-nya yang terbagi menjadi empat fase ditelusuri:
1) Pertama, fase di Makkah sebelum hijrah. Nabi
SAW secara pribadi telah berpuasa
Asyuro' tanpa memerintahkan satupun sahabat
melakukannya. Dan
memang periode Makkah
orientasi utamanya adalah
penanaman Aqidah.
2) Fase kedua, ketika beliau pertama kali
menginjakkan kaki di Madinah.
Beliau mendapati orang orang Yahudi melakukan
puasa Asyuro' untuk memperingati
kemenangan Nabi Musa
atas Fir'aun, maka
beliau bcrsabda, "Aku lebih herhak terhadap kemenangan Nabi Musa
daripada kalian, wahai orang
orang Yahudi." Lalu
beliau perintahkan sahabat untuk berpuasa Asyuro'.
Menurut Ulama' Ushul Fiqih,
suatu perintah bila tidak mengarah kepada sunnah berarti wajib.
Dengan
demikian, puasa yang
diwajibkan pertama kali
dalam Islam adalah puasa
Asyuro'. Hal ini
diperkuat bahwa Nabi
SAW memerintahkan seseorang dari Bani Aslam untuk mengumumkan: "Barangsiapa telah
makan, maka berpuasalah
(di sisa harinya),
dan burang siapa belum
makan, maka berpuasalah,
karena hari ini
hari Asyuro'." (HR. Bukhori-Muslim)
3) Fase
ketiga, setelah turun
kewajiban puasa Ramadan
pada bulan
Sya'ban tahun ke 2 Hijriyah.
Pada saat
itu puasa Asyuro'
berubah hukum menjadi
mubah, berdasarkan hadits: "Barangsiapa suka,
hendaklah ia berpuasa
dan barangsiapa suka hendaklah ia berbuka." (HR. Bukhori Muslim).
Dalam hal ini, puasa
Asyuro' telah memberikan
pendidikan prapuasa yang bernilai
besar sehingga menjadikan
ibadah puasa Ramadan
sebulan penuh bagi sahabat tidak terasa.berat.
4) Fase
terakhir, hukum puasa
Asyuro' adalah Sunnah
Muakkad dan dianjurkan berpuasa
satu hari sebelum atau sesudahnya agar berbeda dengan praktik
Yahudi. Rasulullah SAW telah ber-azam kuat
untuk
melakukan puasa
Taasu’a (tanggal 9
Muharrom), namun beliau kedahuluan wafat.
Pada fase ini
diterangkan nilai puasa
Asyuro' menghapus dosa setahun
lampau, sebagaimana puasa
Arofah menghapus dosa dua
tahun.
Hari Asyuro' adalah
momentum yang tepat sekali untuk bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu
Wata'ala, membaca istighfar
(berharap ampunan) itulah intinya, tidak
sekedar membacanya di
lisan namun menerapkan/melaksanakan dalam
kehidupan nyata.
Demikianlah dahulu dilakukan
oleh Nabiyullah Adam, Nabiyullah Nuh,
Nabiyullah Musa, dan Nabiyullah Yunus.
Istighfar sendiri dimaklumi memiliki dua dimensi: dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi
vertikal yakni dengan
mengakui segala kesalahan
yang berkaitan dengan mengakui
segala Kesalahan yang
berkaitan dengan keteledoran kepada
Allah Ta'ala. Sedangkan dimensi
horizontal erat kaitannya dengan mengakui segala kesalahan yang dilakukan kepada sesama manusia berikut lingkungannya. Seandainya
semua unsur masyarakat
melakukan istighfar dengan dua
dimensinya ini, bukankah
akan melenyapkan sebagian terbesar dari tindakan tarofnya?
Amalan-amalan lain yang utama dilakukan di hari Asyuro' adalah:
a) memberikan
nafkah yang lebih
banyak daripada biasanya.
bagi suami kepada istrinya,
b) bershodaqoh,
c) mengasihani anak yatim.
Akhirnya melihat
keutamaan di atas
bisa jadi hari
Asyuro' merupakan salah satu
dari hembusan-hembusan (nafahat) Allah Arrohman, maka
hendaklah hembusan itu disambut dengan perasaan gembira dan niat sungguh-sungguh
(shidqun niat).
Sebab, barang siapa
yang mendapat hembusan
itu, maka ia tidak akan celaka selamanya (H.R. Thobaroni).
Posting Komentar